Selasa, 08 Juni 2010

Makalah Kerajinan Kulit Ular di Kota Pemalang

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk budaya. Untuk memenuhi kebutuhannya manusia berupaya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dengan karunia yang telah diberikan oleh Sang Pencipta, yaitu cipta, rasa ,dan karsa. Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia.
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu (1) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan sebagainya; (2) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat; dan (3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Selanjutnya Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan terdiri atas tujuh unsur, yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi peralatan.
Kerajinan merupakan salah satu kebudayaan yang mengandung unsur kesenian, sistem mata pencaharian, dan sistem teknologi dan peralatan. Kerajinan kulit ular dapat dijadikan suatu sumber mata pencaharian bagi manusia. Dengan menggunakan peralatan yang memadai kerajinan kulit ular dapat menghasilkan berbagai macam produk seperti tas, dompet, ikat pinggang, dan lain-lain. Produk-produk tersebut merupakan kebudayaan fisik yang mempunyai nilai seni yang tinggi sehingga banyak konsumen yang tertarik baik domestik maupun mancanegara.
Kerajinan kulit ular di Pemalang sudah ada sejak tahun 1990. Hingga sekarang kerajinan kulit ular mengalami perkembangan, baik dari segi kualitas produk, kuantitas pekerja dan jumlah produk, maupun proses pembuatan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan kerajinan kulit ular di kota Pemalang?
2. Jenis ular apa yang dapat dijadikan kerajinan?
3. Apa saja alat dan mesin yang digunakan dalam proses penyamakan kulit ular?
4. Bagaimana proses pembuatan kerajinan dari kulit ular?
5. Bagaimana pengolahan dan pemanfaatan limbah industri penyamakan kulit ular?
6. Bagaimana revitalisasi kerajinan kulit ular di kota Pemalang?
C. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan sejarah perkembangan kerajinan kulit ular di kota Pemalang.
2. Mendeskripsikan jenis ular yang dapat dijadikan kerajinan.
3. Menyebutkan alat dan mesin yang digunakan dalam proses penyamakan kulit ular.
4. Menjelaskan proses pembuatan kerajinan dari kulit ular.
5. Menjelaskan pengolahan dan pemanfaatan limbah industri penyamakan kulit ular.
6. Menjelaskan revitalisasi terhadap kerajinan kulit ular di kota Pemalang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan penulis dan pembaca tentang kerajinan kulit ular khususnya di kota Pemalang, Jawa Tengah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebudayaan
1. Pengertian Kebudayaan
Berikut adalah beberapa pengertian kebudayaan menurut para ahli:
a. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
b. Menurut M. Jacobs dan B.J. Stern, kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan sosial.
c. Menurut Mitchell (Dictionary of Soriblogy), kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar di alihkan secara genetikal.
Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Wujud Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu:
a. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan sebagainya.
b. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
c. wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
3. Unsur Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan terdiri atas tujuh unsur, yaitu:
a. sistem religi dan upacara keagamaan
b. sistem dan organisasi kemasyarakatan
c. sistem pengetahuan
d. bahasa
e. kesenian
f. sistem mata pencaharian hidup
g. sistem teknologi peralatan.
B. Kerajinan
1. Perajin
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa perajin adalah orang yang pekerjaannya (profesinya) membuat barang kerajinan.
2. Kerajinan
Kerajinan adalah barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan (seperti tikar, anyaman, dan sebagainya) atau perusahaan (kecil) yang membuat barang-barang sederhana, biasa mengandung unsur seni (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:922).
Kerajinan tangan adalah seni trampil yang menghasilkan pelbagai barang perabotan, hiasan atau barang-barang lain yang artistik. Ada yang terbuat dari kulit binatang, kayu, besi, porselin, emas, gading, katun tenunan, dan sebagainya.
C. Ular
Ular adalah binatang melata, tidak mempunyai kaki, tubuhnya agak bulat memanjang, kulitnya bersisik, hidup di air, ada yang berbisa dan ada yang tidak. Ular memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata). Perbedaannya adalah kadal pada umumnya berkaki, memiliki lubang telinga, dan kelopak mata yang dapat dibuka tutup. Akan tetapi untuk kasus-kasus kadal tak berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) perbedaan ini menjadi kabur dan tidak dapat dijadikan pegangan.
Ular ada yang berbisa (memiliki racun, venom/venomous), tetapi banyak pula yang tidak. Akan tetapi tidak perlu terlalu kuatir bila bertemu ular. Dari antara yang berbisa, kebanyakan bisanya tidak cukup berbahaya bagi manusia. Lagipula, umumnya ular pergi menghindar bila bertemu orang.
Ular-ular primitif, seperti ular kawat, ular karung, ular kepala dua, dan ular sanca, tidak berbisa. Ular-ular yang berbisa kebanyakan termasuk suku Colubridae; akan tetapi bisanya umumnya lemah saja. Ular-ular yang berbisa kuat di Indonesia biasanya termasuk ke dalam salah satu suku ular berikut: Elapidae (ular sendok, ular belang, ular cabai, dll.), Hydrophiidae (ular-ular laut), dan Viperidae (ular tanah, ular bangkai laut, ular bandotan).

BAB III
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Kerajinan Kulit Ular di Kota Pemalang
Tahun 1990-an sepanjang jalan pantura di Comal Kabupaten Pemalang berjajar kedai-kedai penjual barang yang terbuat dari kulit ular.
Produk itu berupa sabuk, dompet, tempat kacamata, dan tas dengan beragam motif. Produk ini berasal dari Desa Sarwodadi Kecamatan Comal.
Tidak aneh Sarwodadi Comal dikenal luas sebagai sentra kerajinan kulit ular. Puluhan perajin menggeluti usaha ini. Masing-masing perajin mempekerjakan 10 sampai 20 karyawan.
Produk kerajinan ini sempat mendongkrak popularitas Kabupaten Pemalang di tingkat nasional. Bahkan, kerajinan kulit ular menjadi ikon produk khas. Sebab pada masa itu pemasaran produk kulit ular menjangkau sejumlah daerah di Indonesia, seperti Pekalongan, Solo, Yogya, Banjarnegara, Bandung, Bali, dan daerah lainnya. Di tingkat global, kerajinan kulit ular dari Pemalang juga mampu menembus pasar ekspor. Sejumlah negara di Eropa, Timur Tengah, Korea Selatan, dan Singapura merupakan konsumen yang menyukai produk berbahan kulit hewan melata itu. Sayangnya ekspor dilakukan melalui pihak ketiga.
Menurut Suwarno, salah seorang pelopor kerajinan kulit ular, kebanyakan pihak ketiga adalah saudagar dari Bali. Merekalah yang menampung barang jadi dari perajin. Lalu dikemas dan dilabeli dengan merek usaha mereka kemudian diekspor. Perilaku itu jelas merugikan Pemalang sebagai daerah asal produk. Meski sebagai produsen, Pemalang menjadi kurang dikenal oleh konsumen mancanegara. Hal itu juga menjadi ironi lain. Ekspor tidak meningkatkan penghasilan yang berarti bagi perajin. Akibatnya perkembangan usaha perajin stagnan.
Di sisi lain, solidaritas antarperajin sendiri tidak terbentuk. Malah, dalam pasar lokal, persaingan mereka tak sehat. Saling serobot konsumen dan obral harga sering terjadi. Dampaknya mereka lambat laun kurang memperhatikan kualitas barang. Dari sinilah kerajinan kulit ular mengalami kemunduran.
Pembinaan yang dilakukan pemerintah kabupaten saat itu tak banyak menolong. Perkembangan selanjutnya, satu per satu usaha kerajinan kulit ular berguguran lalu bangkrut. Sekarang perajin yang tersisa adalah tiga orang. Kondisinyapun tidak seeksis dulu. Kapasitas produksinya tidak sebanyak waktu lampau karena modalnya terbatas. Modal mereka telah menipis akibat saling menjatuhkan harga. Kondisi itu tentu sungguh memilukan. Kejayaan kulit ular yang sempat menjadi ikon Pemalang sirna di era sekarang.
B. Jenis Ular yang dapat Dijadikan Kerajinan
Ular bagi sebagian orang merupakan hewan yang menakutkan. Namun, kulit ular bila diolah dengan benar memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Kulit ular dapat diolah menjadi berbagai produk kerajinan yang berharga mahal.
Indahnya kulit ular membuat sejumlah orang memanfaatkannya sebagai bahan baku tas, sabuk ataupun dompet. Selain memiliki corak yang cukup menarik, kulit ular juga cukup mudah dibentuk menjadi berbagai produk karena lebih tipis dibandingkan kulit sapi.
Ular yang biasa menjadi incaran, diantaranya ular piton, ular sawah dan ular kobra. Ular-ular tersebut diperoleh dengan cara mencari sendiri disemak - semak atau areal persawahan.
1. Ular piton
Ular piton atau biasa disebut ular sanca memiliki nama Latin Python reticulatus. Ular ini panjangnya mencapai 10 m, tidak berbisa tetapi mempunyai daya lilit kuat luar biasa dan mempunyai sepasang kaki kecil berkuku dekat duburnya. Ular ini memiliki motif kulit yang indah sehingga biasa dijadikan tas, ikat pinggang, sepatu dan sebagainya.
2. Ular sawah
Ular sawah ini dapat ditemukan di areal persawahan, pemakan tikus, tidak berbisa, belitannya sangat kuat dan dapat mematikan.
3. Ular kobra
Ular kobra atau biasa disebut ular sendok memiliki nama Latin Naja sputatrix. Tergolong ular berbisa, berwarna hitam dengan warna kuning pada lehernya yang dapat mengembang.
Kobra adalah ular berbisa di Afrika, India, dan Asia. Kobra yang paling mematikan adalah kobra mamba Afrika. Orang yang digigit kobra ini bisa mati apabila tidak segera diberi penawar bisa ular (John Farndon dan Jon Kirkwood, 2003:37).
C. Alat dan Mesin yang Digunakan dalam Proses Penyamakan Kulit Ular
Alat dan mesin yang digunakan dalam melakukan proses penyamakan adalah sebagai berikut :
1. Timbangan, berfungsi untuk mengetahui berat kulit dan bahan-bahan kimia yang akan digunakan.
2. Pisau seset atau pisau fleshing, digunakan untuk membuang daging yang masih melekat pada kulit saat proses buang daging.
3. Papan kuda-kuda, digunakan untuk meniriskan atau menggantung kulit setelah proses penyamakan.
4. Papan pentang, digunakan untuk mementang kulit agar kulit lebih lemas dan memperoleh luas yang maksimal.
5. Mesin ampelas, digunakan untuk meratakan bagian dalam kulit sehingga diperoleh kulit yang lebih tipis dan lemas.
6. Meja dan papan staking, digunakan untuk melemaskan dan menghaluskan kulit yang dikerjakan secara manual.
7. Drum milling, digunakan untuk melemaskan dan menghaluskan kulit yang telah disamak.
8. Drum putar (Tannning Drum), digunakan pada proses perendaman, pencucian, serta proses-proses lain yang mengunakan air dan bahan-bahan kimia.
9. Alat-alat lain yang digunakan adalah spraying, ember, corong plastik, selang air, gunting, pisau dan kertas pH.


D. Proses Pembuatan Kerajinan dari Kulit Ular


Gambar 1 Kulit Sanca
Ular yang sudah bertelur dan sudah besar dan memenuhi standar pasar akan dipotong untuk diambil kulitnya. Ular dibunuh dengan tidak merusak kulitnya, setelah mati mulut ular kemudian dimasuki air agar kulitnya mengembang lebih besar. Setelah selesai dikuliti, kulit ular kemudian dijemur minimal 3 hari, hingga kulit ular tersebut sudah siap dijual.


1. Penyamakan Kulit Ular
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses pengolahan kulit ular adalah sebagai berikut :
a. Sortasi dan penimbangan
Merupakan tahap persiapan kulit sebelum dilakukan proses penyamakan. Pada tahap ini kulit diseleksi untuk menentukan mana kulit yang layak untuk diproses. Setelah dilakukan seleksi maka kulit di timbang.
b. Proses perendaman (Soaking)
Perendaman bertujuan untuk melemaskan kulit terutama kulir kering sehingga mendekati kulit hewan yang baru lepas dari badannya. Perendaman juga bertujuan untuk membuang darah, feces, tanah dan bahan atau zat-zat asing yang tidak hilang pada waktu pengawetan. Bahan yang digunakan adalah air, teepol, soda abu.
c. Proses pengapuran (Liming)
Tujuan dari pengapuran adalah untuk membengkakkan kulit, mempermudah pembuangan bulu, epidermis dan lain-lain selama 24 jam. Bahan yang digunakan adalah air, natrium sulfida, kapur.
d. Proses buang daging (Fleshing)
Kulit yang masih terdapat daging dihilangkan dengan pisau seset atau dengan mesin buang daging.
e. Proses pengapuran ulang (Relimming)
Bertujuan untuk menghilangkan bulu dan zat-zat yang masih tertinggal pada kulit pada proses pengapuran. Bahan yang digunakan adalah air, dan kapur.
f. Proses buang kapur (Delimming)
Proses buang kapur ini bertujuan untuk membuang sisa-sisa kapur, baik yang terikat maupun tidak terikat dalam kulit. Bahan yang digunakan antara lain air, ZA, H2SO4 yang telah diencerkan 10X dengan air.
g. Proses pengikisan protein (Bating)
Proses ini bertujuan untuk memecahkan zat kulit dengan khemikalia yang mengandung protein. Bahan bating yang digunakan adalah oropon.
h. Proses pembuangan lemak (Degreasing)
Bertujuan untuk membuang sisa-sisa lemak baik setelah pickle maupun sebelum proses penyamakan. Bahan-bahan kimia yang digunakan antara lain iragol Daatau sandopan DTC.
i. Proses pengasaman (Pickling)
Bertujuan untuk mengasamkan kulit pada pH 3 – 3,5. Bahan pickle berasal dari asam-asam organik lemah seperti format dan laktat, selain itu juga menggunakan air, garam, HCOOH dan H2SO4.
j. Proses penyamakan (Tanning)
Tanning bertujuan untuk menghindari kekakuan dan kekerasan kulit sehingga kulit tetap lemas ketika dalam keadaan kering dan dapat bertahan lama. Bahan-bahan yang digunakan dalam proses ini diantaranya adalah mimosa, krom, formalin, Na2CO3.
k. Proses penggantungan (Aging)
Setelah proses tanning maka kulit akan mengalami proses aging, yaitu kulit digantungkan di atas kuda-kuda kayu dan biarkan agak kering tanpa penjemuran dengan sinar matahari. Setelah itu kulit ditimbang dan dicuci selama 15 menit.
l. Proses netralisasi (Neutralization)
Bertujuan untuk menetralkan asam bebas yang berada pada kulit. Bahan-bahan yang dipakai untuk netralisasi yaitu bahan-bahan yang bersifat alkalis.
m. Proses penyamakan ulang (Retanning)
Penyamakan ulang dimaksudkan untuk memberikan sifat unggul yang lebih baik yang dimiliki bahan penyamak lain. Bahan yang digunakan dalam proses ini adalah bahan penyamak sintesis, nabati atau mineral.
n. Proses pewarnaan dasar (Dyeing)
Proses ini bertujuan untuk memberikan warna dasar pada kulit tersamak agar dapat memperindah penampakan kulit jadi. Bahan yang digunakan antara lain air, leveling agent, cat dasar, asam formiat.
o. Proses peminyakan (Fat Liquoring)
Proses peminyakan bertujuan untuk mendapatkan kulit samak yang lebih tahan terhadap gaya tarikan atau gaya mekanik lainnya. Di samping itu untuk menjaga serat kulit agar tidak lengket satu dengan lainnya sehingga kulit lebih lunak dan lemas. Bahan yang digunakan adalah air, minyak sulphonasi dan ditambahkan anti jamur.
p. Proses fixasi (Fixation)
Proses ini bertujuan untuk memecahkan emulsi minyak dan air sehingga airnya mudah menguap pada saat dikeringkan. Bahan kimia yang digunakan adalah HCOOH yang telah diencerkan 10X dengan air, dan ditambahkan anti jamur.
q. Proses pengeringan (Drying)
Tujuan dari proses pengeringan ini adalah mengurangi kadar air bebas di dalam kulit secara bertahap tanpa merusak kulit, zat penyamak dan minyak yang ada di dalam kulit, caranya dengan menggantung kulit pada kuda-kuda kayu dan diangin-anginkan.
r. Proses penyelesaian
Pada proses ini kulit di beri binder, pigment, penetrator, filler, wax, thinner atau lack sesuai dengan tujuan penggunaan kulit samak tersebut. Kulit yang telah dicat dan dikeringkan lalu disetrika atau diembosh untuk memberi motif pada permukaan kulit dan memperindah
penampakannya.

Gambar 2 Kulit ular yang sudah melalui proses pewarnaan
2. Proses Produksi
Proses dalam industri penyamakan kulit ular bertujuan untuk mengubah kulit ular menjadi lembaran-lembaran kulit jadi yang siap untuk dipergunakan menjadi bahan baku produk kulit ular
seperti tas, ikat pinggang, dompet, tempat kacamata, dan lain lain.

Gambar 3 Produk kulit ular yang siap dijual
Kulit ular yang sudah mengalami proses penyamakan kemudian dijahit dengan mesin sesuai dengan desain yang sudah ditentukan. Desain ini dapat dibuat oleh pihak produsen sendiri ataupun dari pihak konsumen. Produk kulit ular yang sudah selesai diproduksi kessmudian dijual melalui distributor dan disalurkan ke penjual-penjual domestik maupun manca. Ada juga produk kulit ular yang langsung dipasarkan ke konsumen perorangan yang sudah memesan sebelumnya.
E. Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah Industri Penyamakan Kulit
Industri penyamakan kulit yang menggunakan proses Chrome Tanning menghasilkan limbah cair yang mengandung Krom. Krom yang dihasilkan adalah krom bervalensi 3+ (trivalen) yang diperoleh dari proses penyamakan Krom (chrome tanning). Limbah cair maupun lumpurnya yang mengandung Krom Trivalen ini dapat membahayakan lingkungan karena Krom Trivalen dapat berubah menjadi Krom Heksavalen pada kondisi basa yang merupakan jenis limbah B3 yang dapat membahayakan bagi kesehatan.
1. Jenis Limbah
Dari proses penyamakan kulit ular secara garis besar limbah industri penyamakan kulit ular dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Limbah cair
b. Limbah padat
c. Limbah gas
2. Penanganan Limbah
a. Penerapan cleaner production
Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu dilaksanakan secara terus menerus pada proses produksi sehingga mengurangi resiko negatif terhadap manusia dan lingkungan. Produksi bersih pada proses produksi berarti meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan bahan baku, energi, dan sumber daya lainnya, serta mengganti atau mengurangi jumlah dan toksisitas seluruh emisi dan limbah sebelum keluar dari proses. Pencegahan, pengurangan, dan penghilangan limbah atau bahan pencemaran pada sumbernya merupakan elemen utama dari produksi bersih.
Kegiatan yang merupakan penerapan produksi bersih adalah:
1) Penghematan pemakaian air pencucian/pembilasan
2) Penghematan pemakaian zat kimia, misalkan penyamakan menggunakan garam krom dengan kadar larutan cukup dengan 8% tidak perlu dipakai 12%
3) Modifikasi proses, seperti pada proses pengapuran menggunakan drum dengan jumlah bahan-bahan yang dipakai dapat dikurangi (air, kapur, sulfida) atau dengan pemisahan cairan pada proses buang bulu dan pengapuran
4) Pemakaian teknologi dan peralatan yang tepat
b. Pemisahan Krom
Krom dapat dipisahkan dari cairan buangan dengan jalan mengendapkan kembali sebagai Krom Hidroksida dengan jalan penyaringan yang kemudian didaur ulang dengan cara sebagai berikut: Air buangan dari penyamakan krom dan air pencucian (sebanyak 2 x 100% air) yang sudah bebas dari padatan diberi larutan magnesium hidroksida dan diendapkan kira-kira 10 jam, kemudian cairan dipindahkan ke bak lain (dengan pipa penyedot, tetapi jangan sampai endapannya ikut tersedot). Cairan tersebut bila benar-benar bebas dari endapan akan mengandung Krom kurang dari 2 ppm sehingga dapat langsung dibuang atau dipakai untuk daur ulang. Endapan yang terjadi kemudian ditambah asam sulfat yang sesuai, endapan tersebut akan larut dalam waktu sekitar 15 menit dan akan memberikan suatu larutan Krom sebesar 50 gram krom oksida/liter. Pada daur ulang proses selanjutnya masih membutuhkan penambahan Krom kira-kira sejumlah 30%.
3. Pemanfaatan Limbah
Limbah padat dapat digunakan untuk :
a. pakan ternak
b. pupuk
c. lem kayu
d. asbes, hardboard
e. bahan pembuat karpet
F. Revitalisasi Kerajinan Kulit Ular di Kota Pemalang
Agar kerajinan kulit ular tetap ada dan berjaya kembali maka diperlukan revitalisasi. Sebagai ujung tombak, perajin haruslah menyadari kekeliruan masa lalu. Mereka harus punya kesamaan persepsi bahwa selain bernilai ekonomi, kerajinan kulit ular telah menjadi produk khas daerah. Untuk itu hendaknya kini para perajin bergotong-royong mengibarkan kembali panji kejayaannya. Harapan ini tentunya akan terwujud jika ada inisiator. Pemerintah kabupaten Pemalang merupakan inisiator yang dirasa efektif. Sebab pemerintah daerah memiliki prasarana yang mapan.
Ada beberapa hal penting yang mesti diperhatikan agar revitalisasi membuahkah hasil. Antara lain pertama, pemerintah membuat regulasi usaha kerajinan kulit ular. Tugas utamanya, menciptakan mekanisme pasar yang saling menguntungkan antarperajin. Selain itu pemerintah kabupaten wajib mengawasi secara ketat jalannya usaha. Pengawasan ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kecurangan, terutama dalam hal pemasaran. Kedua, pemerintah kabupaten berperan sebagai mediator yang menjembatani pembeli luar negeri dengan perajin. Dengan begitu pembeli luar negeri dapat bertransaksi langsung dengan perajin. Terpangkasnya alur distribusi ini otomatis laba yang diperoleh perajin akan lebih maksimal.
Ketiga, pemerintah kabupaten mengusahakan penambahan modal bagi perajin sekaligus memberikan pendampingan manajemen.
Selain ketiga langkah tadi yang tak kalah penting adalah promosi. Untuk kepentingan ini, promosi digelar dengan berbagai cara, salah satunya melalui berbagai event wilayah, nasional hingga internasional. Promosi juga bisa melalui media internet sebab media itu daya jangkaunya luas dan relatif murah.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
1. Kerajinan kulit ular di Pemalang sudah ada sejak tahun 1990. Hingga sekarang kerajinan kulit ular mengalami perkembangan, baik dari segi kualitas produk, kuantitas pekerja dan jumlah produk, maupun proses pembuatan.
2. Ular yang biasa menjadi incaran untuk dijadikan produk diantaranya adalah ular piton, ular sawah dan ular kobra. Ular-ular tersebut diperoleh dengan cara mencari sendiri disemak - semak atau areal persawahan.
3. Alat dan mesin yang digunakan dalam melakukan proses penyamakan adalah timbangan, pisau seset, papan kuda-kuda, papan pentang, mesin ampelas, meja, papan staking, drum milling, drum putar, dan alat-alat lain yang digunakan adalah spraying, ember, corong plastik, selang air, gunting, pisau dan kertas pH.
4. Proses pembuatan kerajinan dari kulit ular meliputi proses penyamakan kulit dan proses produksi.
5. Limbah dari penyamakan kulit ular berbahaya bagi kesehatan, tetapi apabila diolah dengan baik akan memberi manfaat bagi manusia.
6. Revitalisasi terhadap kerajinan kulit ular dapat dilakukan dengan regulasi usaha kerajinan kulit ular, mengusahakan penambahan modal bagi perajin sekaligus memberikan pendampingan manajemen, dan promosi yang dapat dilakukan melalui media cetak maupun internet.
B. Saran
Meski bisnis ular cukup menjanjikan, tetapi jika dilakukan secara terus menerus dapat mengakibatkan habitat ular menjadi punah. Tidak jarang spesies ular yang dilindungi juga menjadi korban. Oleh karena itu, pemanfaatan ular untuk kerajinan hendaknya diimbangi dengan penanganan yang tepat terhadap sumber penghasilan tersebut, seperti dilakukan ternak ular dan sebagainya agar habitat ular tidak punah.
DAFTAR PUSTAKA

Dagun, Save M. 1997. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara.
Farndon, John dan Jon Kirkwood. 2003. Ensiklopedia Mini Hewan. Jakarta: Erlangga.
Herusatoto, Budiono. 1991. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT Hanindita Yogyakarta.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

DAFTAR NON-PUSTAKA

http://artikel-media.blogspot.com/2010/01/revitalisasi-kerajinan-kulit-ular.html
http://www.indosiar.com/ragam/78543/kerajinan-kulit-ular
http://www.anakkendari.co.cc/2009/03/pengertian-kebudayaan-menurut-para-ahli/
http://id.wikipedia.org/wiki/Ular
http://mindgreen.multiply.com/journal/item/12/Penyamakan_Kulit

BAJU SERAGAM SI PEMULUNG

Aku merasa tersindir. Benar-benar tersindir, ketika melihat cerita demi cerita dari sebuah film yang pernah ditayangkan di sebuah teve swasta ini. Baju Seragam Si Pemulung…

Bayangkan saja, dua anak pemulung kakak beradik yang tinggal bersama tantenya beserta seorang saudara sepupunya yang jahat itu hidup jauh dari kata bahagia. Seragam satu-satunya si adik-sebut saja Neo (aku lupa namanya)-direbut oleh sepupunya yang jahat itu. Hingga akhirnya sang kakak-sebut saja Nida-terpaksa bergantian seragam dengan Neo adiknya. Ini menyebabkan Neo sering telat berangkat sekolah. Neo selalu menunggu kakaknya pulang dari sekolah dan sesegera mungkin berganti seragam dengan sang kakak. Namun, usahanya ini tak berhasil sempurna. Ia selalu terlambat, terlambat dan terlambat. Dan yang membuat saya miris, pada malam harinya si kakak mencuci baju seragam satu-satunya itu dan berharap esok paginya bisa mereka pakai kembali. Tapi, hujan pada malam itu telah mengguyur baju seragam itu… dan sang kakak akhirnya mengeringkannya di atas (semacam) perapian.

Perjuangan kakak beradik ini dalam membeli seragam baru untuk si adik sangatlah tidak mudah. Mereka mengumpulkan kepingan demi kepingan uang rupiah dari hasil memulung. Hingga pada suatu hari terkumpulah uang itu. Kemudian Neo dan Nida pergi ke penjual seragam bekas. Pada saat Nida mau mengeluarkan uang untuk membayar seragam bekas yang hendak dibelinya, tiba-tiba ada seorang pria (jahat) yang mengambil paksa uangnya. Hhhhff…. :’( Ingin rasanya menjotos dan menendang pria (jahat) yang sering disebut orang ‘pencopet’ itu ! Huhh !!

Ini adalah segelintir kisah yang saya cuplik dari film itu. Namun, sebenarnya masih banyak penderitaan-penderitakan dua kakak beradik itu. Dari jatah makan mereka yang terbatas, menghadapi sepupunya yang jahat dan serakah, tantenya yang hobi marah-marah, hingga si adik yang mengalami kecelakaan saat mengejar pencopet! Hhhhh…

Aku benar-benar tersindir. Aku. Baju kuliahku. Aku masih saja berkeinginan menambah baju kuliahku. Padahal, baju-baju kuliahku yang lama pun masih bisa dipakai, masih bagus, masih cukup dipakai untuk satu pekan. Benar-benar kurang bersyukur ! Ya Allah, maafkan aku…

Aku. Makan tiga kali. Masih saja pengen berganti-ganti menu. Hhhffft…

Aku. Tinggal bersama keluarga yang menyayangiku (walau tak pernah mereka ungkapkan dengan kata-kata, tapi bisa aku rasakan) masih saja berharap mereka lebih menyayangiku dari sebelumnya. Tak salah memang. Tapi, salahkah bila harus bersyukur??
Ya Allah, maafkan aku…

-henni_sauskeccap-
(terinspirasi dari sebuah film)
09:39
11 September 2009
Yogyakarta

Kamis, 28 Mei 2009

Learning English with Mariah Carey

Some people say that learning english is too difficult. but i think that their difficulties are caused by their method that is use to learn english. The don't find an enjoy method yet. and i think, learning english by songs is very enjoyable. We can listen some songs in english like Mariah Carey's songs. It's so pleasure, I think. We can learn english everytime and everywhere with songs.

Like me. I love Mariah Carey's songs. I like to listen her songs in my spare time. For example is "Hero". 'Hero" is one of Mariah Carey's songs. This song is very good, I think. By listening the song, we can a lot of englis skills. We can learn listening skill, pronounciation, vocabulary, reading skill, grammar, and so on.

Kamis, 14 Mei 2009

Remaja Peduli

Merindingku melihat dunia kegelapan...
sejenak kita menutup mata,
dan kembali melihat...
tetap saja !
tak ada garis perubahan...
hanya gurat-gurat wajah yang semakin habis terkikis zaman...
bagaimana bisa???

yahh, aku berusaha tersenyum melihatnya
namun hati ini memerintahkan ke pusat syaraf otak untuk menugaskan si mata untuk menangis. Hatiku kembali berontak. si mata tetap tak mau...
dan aku kembali tertidur...
mungkinkah ini hanya terjadi padaku? tidak pada sang burung, pada pohon akasia yang menjulang tinggi, pada tiang bendera, pada gedung-gedung, pada jalan setapak, pada gunung, pada laut dan ombaknya, pada pasir putih, pada ikan, ... pada Indonesiaku???
ayo bangun, tunjukkan "remaja peduli" seperti yang dilantunkan Edcoustic ! ;p
"darah muda" seperti yang dilantunkan Bang Oma,
mana??
semua ada di pundak kita...
betapa...
Kita lihat, birunya langit hari ini...
Kita rasa, segarnya udara pagi ini...
Kita dengar, suara burung bernyanyi...
Bahkan kita pun melihat, awan-awan itu pun menari, melambai-lambaikan tangannya, menyapa dunia, mengharapkan indahnya di kemudian hari...
Sedangkan kita??

[music player : ON]
Rasa sesal di dalam hati
Diam tak mau pergi
Haruskah aku lari dari kenyataan ini?
Pernah ku mencoba tuk sembunyi
Namun senyummu tetap mengikuti...
[by : iwan fals]

[next]
Remaja peduli pintar dan mandiri
Giat berprestasi kupersembahkan untuk Illahi
Bersatu berjihad dalam dakwah Islam
Di atas panji Al-Qur'an dan As Sunnah...
[by : Edcoustic]

[music player : OFF]

Senandung-Senandung Semu

Kudengar langkahnya
Tapi tak kulihat wujudnya...
Ia bernyanyi,
Tapi tak kulihat ekspresinya...
Ku rasai kasih sayangnya,
Tapi sungguh ku tak merasa dekapannya...